Kamis, 20 Agustus 2015

My Happiness Is...

   Jubaedah, begitulah Saya memanggil pembantu kantor tempat Saya bekerja. Usianya sekitar 28 tahun tapi anak pertamanya sudah berumur 13 tahun. Sifatnya yang dominan sanguin membuatnya terlihat periang, ceria dan suka cerita. Walaupun pembicaraan kami sering tidak nyambung mungkin karena faktor pendidikan, lingkungan dan ekonomi. Tapi Saya berusaha menempatkan pemikiran Saya seperti pemikiran dia. Jadi mungkin itu yang menyebabkan kita sering ngobrol walaupun tidak nyambung hahaha...
             Inilah penampakan Jubaedah


   Menurut cerita beliau. Sewaktu kecil sangat jelek ( memang sekarang cantik??! ). Waktu SD bapaknya sudah meninggal. Jadi hidupnya yang miskin bertambah miskin karena sudah tidak punya tulang punggung keluarga. Jangankan berobat kedokter kulit untuk mengobati gatal gatalnya. Beli shampo saja tidak mampu sehingga rambutnya krebo dan gatal gatal. Pokoknya intinya waktu SD dia adalah si buruk rupa.

   Menginjak SMP atau masa puber dia sudah tahu mempercantik diri. Gatal gatal ditubuhnya diobati dengan ramuan rempah rempah dan mulai menabung untuk beli shampo. Hasilnya entah beberapa hari atau minggu atau bulan (karena memang ceritanya tidak jelas) dia berubah menjadi paling cantik di kampungnya ( itu menurut beliau lho!! ). Lalu datanglah sang pangeran yang naksir dia.

   Singkat cerita setelah lulus SMP dan sang pangeran yang lulusan SMA, segera dinikahkan oleh ibunya. Dapat dibayangkan gadis berusia 15 tahun menikah. Usia yang masih sangat labil. Dimana harusnya mereka masih sekolah dan menikmati bermain dengan teman temannya.

   Ketika saya bertanya apakah kamu senang bisa menikah muda. Jawabnya ada senangnya ada tidaknya. Senangnya walau anak sudah besar tapi kita masih terlihat muda. Tidak senangnya karena tidak sempat merasakan masa masa remaja.

   Masa remaja suatu masa dimana harusnya belajar, punya teman satu geng yang kemana mana selalu bersama, merasakan first love, patah hati bahkan mungkin first making love, merokok yang hanya untuk gaya, pamer kendaraan yang dibelikan orang tua. Entah darimana dan bagaimana susahnya orang tua dapat uang untuk beli kendaraan. Pokoknya yang penting gaya. Karena kalau tidak gaya dan up to date dalam hal berpakaian, gadget atau apapun lah dikira orang aneh. Bisa bisa kita tidak punya teman. Hal hal itulah yang disesalkan Jubaedah karena menikah muda.

   Lalu apa pengaruhnya di masa sekarang setelah dia tidak dapat menikmati masa remaja dan sudah punya anak tiga?

   Saya sering memergokinya menelepon cowok cowok yang tidak jelas kenal dimana, kalau ada cowok malah dia yang godain. Saya hanya geleng geleng melihat agresifnya setelah lelah memperingatkan kalau sudah jadi ibu tiga anak. Tidak hanya itu dia juga sering ngomel kalau lihat cewek setara SMU atau kuliahan. Katanya sok cantik, sok kaya, sok gaya. Padahal setelah Saya Tanya lebih lanjut mengapa kamu ngomel. Jawabnya sebenarnya dia iri karena tidak pernah melewat masa masa itu. Dia juga bilang masa kecilnya pahit karena sangat miskin tidak punya uang untuk beli handphone jadi tidak bisa sms an, Facebook an, foto narsis dan lain lain. Sudah begitu disuruh nikah muda lagi.

   Baiklah sejenak kita lupakan Jubaedah dan beralih ke diri saya :-) saya mempunyai orang tua yang komplit sampai sekarang usia 32th. Saya menikmati masa masa remaja untuk belajar dan puji Tuhan lulus sampai kuliah yang ke dua. Saya menikmati masa first love, patah hati first making love, punya teman satu geng, kendaraan yang bagus, handphone yang up to date, baju yang bagus. Saya menikmati masa masa remaja Saya.

   Tetapi tepatnya bulan Juli 2015 Bapak yang di surga memberi kesempatan Saya untuk merasakan menjadi lajang di usia yang seharusnya sudah punya anak. Karena kekasih saya meninggal.

   Bagaimana perasaan saya menjadi lajang di usia yang seharusnya sudah menjadi orang tua. Saya kesepian karena teman teman saya sudah pada berkeluarga. Saya sering minder kalau berkumpul dengan saudara karena mereka yang berusia jauh dibawah saya sudah pada menikah dan punya anak.

   Sangat berbeda kan kehidupan saya dan Jubaedah. Jubaedah sudah punya suami dan 3 orang anak. Tapi apakah dia bahagia. Saya yang punya keluarga utuh dan harmonis serta materi yang cukup. Tapi apakah saya bahagia.

   Ternyata Tuhan itu baik. Ditengah kebingungan, saya di tunjukkan pada suatu komunitas Single Fellowship. Disaat berkumpul dengan para single yang umurnya sudah tidak muda lagi, saya meliihat bagaiamana kehidupan mereka yang sendiri, banyak diantara mereka yang orang tuanya sudah meninggal dan tidak sempat menyaksikan mereka menikah. Mereka juga bergumul dengan kesucian yang pasti setiap manusia punya hasrat. Banyak dari mereka yang curhat pekerjaannya. Penuh tekanan dan menghabiskan waktu sehingga tidak sempat berkenalan dengan lawan jenis, gaji tidak cukup bagaimana wanita mau mendekati. Serta masih banyak hal lainnya yang membukakan mata saya mengapa orang bisa single sampai tua, sehingga saya tidak memandang sebelah mata.

   Saya sangat bersyukur saya masih lebih baik dari mereka. Yang ada malah Saya jatuh kasihan terhadap kehidupan mereka namun saya mengagumi ketegaran hati mereka sehingga masih bisa tertawa ditengah masalah yang mereka hadapi.

   Ternyata mencari kebahagiaan itu mudah. Bersyukur saja dalam segala hal. Baik bahagia maupun sedih. Karena Tuhan memberikan kesusahan untuk menuju pada kebaikan dan Tuhan memberikan kebahagiaan karena ingin menyatakan kebaikan Nya setelah kita bersyukur atas kesusahan yang kita alami





 





































Tidak ada komentar:

Posting Komentar